Layang-layang besar Bergambar Celana Dalam (CD)
Judul: 💦 Bisa ya ada ide gitu, buat layang-layang besar |
· Durasi | · Dipublikasikan |
Kategori 💦 #komedi ❤ #lucu ❤ #layanglayang ❤ #hot ❤ #layangan ❤ #hiburan ❤ #short |
Bisa ya ada ide gitu buat layang-layang besar Bergambar CD
· Lagu
Ikan Dalam Kolam
· Album
Jangan Jangan Dulu ! (feat. El Corona)· Artis
Uknown
· Lisensi
BMI - Broadcast Music Inc., PT. Damarlangit Khatulistiwa Musik Publishing, dan 2 Lembaga Manajemen Kolektif
🧾 Wikipedia |
Apa itu Layang-Layang?
Layang-layang menurut ilmu geometri adalah bangun datar yang dibentuk oleh dua pasang sisi yang masing-masing pasangannya sama panjang dan saling membentuk sudut.
Layang-layang, layangan, atau wau dalam istilah permainan anak-anak di sebagian wilayah Semenanjung Malaya) merupakan lembaran bahan tipis berkerangka (dari bambu, kayu, atau bahan lainnya) yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali.
Layang-layang bisa terbang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Dikenal luas di seluruh dunia sebagai alat permainan.
Macam-Macam Layang-Layang
Terdapat berbagai tipe layang-layang permainan (di Sunda dikenal istilah maen langlayangan). Yang paling umum adalah layang-layang hias (dalam bahasa Betawi disebut koang) dan layang-layang aduan (laga). Terdapat pula layang-layang yang diberi sendaringan yang dapat mengeluarkan suara karena hembusan angin. Layang-layang laga biasa dimainkan oleh anak-anak pada masa pancaroba karena kuatnya angin berhembus pada saat itu.
Fungsi Layang-Layang
Selain sebagai alat permainan, layang-layang diketahui juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi alternatif.
Penggunaan layang-layang sebagai alat bantu penelitian cuaca telah dikenal sejak abad ke-18. Contoh yang paling terkenal adalah ketika Benjamin Franklin menggunakan layang-layang yang terhubung dengan kunci untuk menunjukkan bahwa petir membawa muatan listrik.
Layang-layang raksasa dari bahan sintetis sekarang telah dicoba menjadi alat untuk menghemat penggunaan bahan bakar kapal pengangkut. Pada saat angin berhembus kencang, kapal akan membentangkan layar raksasa seperti layang-layang yang akan "menarik" kapal sehingga menghemat penggunaan bahan bakar.
Layang-Layang di Nusantara
Di beberapa daerah Nusantara, layang-layang dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu, biasanya terkait dengan proses budidaya pertanian. Layang-layang paling sederhana terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu, kemudian diikat dengan serat rotan. Layang-layang semacam ini masih dapat dijumpai di Sulawesi. Diduga beberapa bentuk layang-layang tradisional asal Bali berkembang dari layang-layang daun karena bentuk ovalnya yang menyerupai daun.
Di Jawa Barat, Lampung, dan beberapa tempat lain di Indonesia, layang-layang digunakan sebagai alat bantu memancing. Layang-layang ini terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek tertentu dan dihubungkan dengan mata kail. Di Pangandaran dan beberapa tempat lain misalnya, layang-layang dipasangi jerat untuk menangkap kalong atau kelelawar.
Sejarah Layang-Layang
Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen dari Tiongkok sekitar 2500 Sebelum Masehi. Sedangkan penggambaran layang-layang tertua adalah dari lukisan gua periode mesolitik di pulau Muna, Sulawesi Tenggara, yang telah ada sejak 9500-9000 tahun SM. Lukisan tersebut menggambarkan layang-layang yang disebut kaghati, yang masih digunakan oleh orang-orang Muna modern.
Layang-layang pada masa itu terbuat dari daun kolope (umbi hutan) untuk layar induk, kulit bambu sebagai bingkai, dan serat nanas hutan yang dililitkan sebagai tali, meskipun layang-layang modern menggunakan benang, senar sebagai tali.
Diduga terjadi perkembangan yang saling bebas antara tradisi di Tiongkok dan di Nusantara karena di Nusantara banyak ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan. Di kawasan Nusantara sendiri catatan pertama mengenai layang-layang adalah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) (abad ke-17) yang menceritakan suatu festival layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.
Dari Tiongkok, permainan layang-layang menyebar ke Barat hingga kemudian populer di Eropa. Layang-layang terkenal ketika dipakai oleh Benjamin Franklin ketika ia tengah mempelajari petir.
Tonton Video Ferani Dhita Lainnya: